Pengantar
Salah satu aspek yang belum kita pahami dengan baik adalah berapa lama SARS-CoV-2 nama virus yang menyebabkan penyakit Covid-19, mengapa dapat bertahan hidup di luar tubuh manusia dan mengapa dapat begitu mudah menular ? Untuk itu penulis mencoba mengumpulkan informasi berbasis elektromedia dan merangkumkan dalam tulisan ini dengan maksud sharing informasi untuk bersama sama mencegah penularan covid 19. Tulisan ini bermaterikan dari pemberitaan-pemberitaan yang tayang di media online, penulis hanya sedikit memberi masukan, jadi bukan sepenuhnya gagasan murni penulis.
Penyebaran Covid 19 di Negara Adidaya
Layaknya sebuah pertempuran, pasukan virus corona terlihat begitu ganas dan efisien dalam membomabrdir lawannya, hingga dalam waktu singkat berhasil menaklukan banyak negara dan menimbulkan banyak korban jiwa. Bahkan negara adidaya sekelas Amerika Serikat yang dikenal memiliki teknologi kesehatan super canggih, juga tak luput dari bulan-bulanan infeksi virus corona baru ini. Dimana hanya dalam waktu 33 hari (03 Mei 2020) sejak menjadi epicenter pandemic ke dua Covid 19 pada awal April 2020, jumlah kasus covid 19 di Amerika terus meroket mencapai 1.158.310 atau rata-rata 35.100 kasus per harinya. Adapun jumlah kematian di negara Paman Syam tersebut adalah 62,289 (5,8%) atau sekitar 2,039 setiap harinya1, Dengan jumlah penduduk 333.201.000 jiwa2
maka angka serangan atau attack rate Covid-19 di Amerika sebesar 347,63/100.000 dan kasus yang masih dalam perawatan sebanyak 930.469 penderita, sehingga apabila tidak segera dikendalikan dengan cara menekan jumlah kasus baru dan memperbanyak jumlah closed cases, tentu akan lebih banyak lagi orang Amerika yang sakit dan meninggal, disamping konsekwensi biaya perawatan yang harus ditanggung juga sangat besar. Menurut berita sura.com biaya untuk perawatan seorang penderita covid 19 di rumah sakit di Amerika adalah seki tar USD 34.927,43 atau setara Rp 568 juta,3
Maka apabila dikalikan dengan jumlah pasien yang dirawat pada saat ini 930.469 biaya perawatan yang dibutuhkan mencapai USD 32,5 milyar atau setara 528,5 trilliun rupiah. Hal ini tentu menjadi pelajaran berharga bagi Pemerintah Indonesia, terutama Provinisi Sumatera Utara yang memiliki persediaan anggaran terbatas, “harus strategic, efektif dan efisien”, mampu membatasi sekecil mungkin jumlah kasus, akan meminimalisir pengeluaran biaya untuk perawatan pasien Covid 19, dengan pencatatan dan pelaporan kasus yang akurat, maka akan bisa dihitung dan dipersiapkan biaya perawatan dan biaya opersional yang dibutuhkan selama masa kesiapsiagaan dan tanggap darurat pandemic Covid 19 berlangsung.
Data Covid 19 di Indonesia hingga 03 Mei telah berlangsung 58 hari dengan jumlah kasus mencapai 11.192. Pertambahan ± 265 per harinya sejak 41 hari terakhir dan pasien yang masih dirawat 8.471 tersebar di rumah-rumah sakit pada 34 provinsi.4 Dengan penambahan kasus baru yang tinggi sementara jumlah closed case masih lebih rendah, maka mengindikasikan masih adanya peningkatan kasus yang signifikan yang tentunya semakin membani teutama pemerintah dan rakyat Indonesia. Hal ini sejalan dengan pernyataan bahwa “Pemerintah tidak hanya menanggung seluruh biaya perawatan bagi pasien virus corona saja, melainkan penanggulangan seluruh pasien penyakit infeksi emerging (PIE), sejak yang bersangkutan dinyatakan Pasien Dalam Pengawasan (PDP, apalagi hasil laboratorium dinyatakan positif PIE, maka biaya pengobatannya juga dijamin negara”5.
Dari urian diatas mengesankan bahwa penyebaran Covid 19 menyebabkan dampak yang hebat, terutama bagi kesehatan dan keuangan, maka tentunya kita menjadi ingin tahu apa virus corona itu, bagaimana karakteristik dan penularannya, “ begitu banyak orang menjadi sakit dan meninggal oleh infeksi virus corona dilaporkan setiap harinya.”
Virus Corona, karakteristik dan Penularannya
Virus Corona
Dikutip dari CNN, virus corona adalah dari keluarga virus penyebab penyakit (patogen) yang mengakibatkan tingginya angka kesakitan saat ini, sama seperti SARS-CoV pada 2002 dan MERS-CoV di 2012. Para ahli kemudian memberi nama virus yang kasusnya pertama kali mewabah di Wuhan, China, ini sebagai SARS-CoV-2. Sedangkan penyakit yang disebabkan infeksi virus corona SARS-CoV-2 oleh WHO disebut COVID-19 atau Corona Virus Disease 19. Dikutip dari situs LIPI atau Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, bahwa bentuk virus corona adalah menyerupai mahkota, seperti namanya Corona dalam bahasa Latin yang artinya crown atau mahkota dalam bahasa Indonesia. Bentuk mahkota ini berasal dari protein S atau spike protein yang mengelilingi permukaan virus. Protein S ini mirip anak panah atau paku yang menutupi permukaan dan inti virus corona. Protein S inilah yang berperan penting dalam pola infeksi virus ke sel pernapasan. Virus corona secara umum berbentuk bulat dengan diameter 100-120 nanometer. Virus corona tidak bisa memperbanyak diri kecuali dengan menginfeksi makhluk hidup, sama seperti virus lain pada umumnya.6
Dilansir dari The Guardian, peneliti mengatakan struktur virus corona baru seperti sekelompok paku yang kemudian memudahkan virus menempel pada sel manusia dan empat kali lebih kuat daripada virus corona jenis sebelumnya. Untuk itu, menurut WHO, Bukan hanya laboratorium yang ditunjuk WHO, namun saat ini, nyaris semua Laboratorium dan unit pemerintahan serta mereka yang bergerak dibidang medicine sedang melakukan dan berusaha untuk mencari solusi kimiawi yang tepat guna melumpuhkan Virus Corona ini.7
Karakter Corona
Karakter yang menonjol dari SARS- CoV-2 adalah sangat menular, terbukti telah begitu banyak orang yang menjadi sakit setelah tertular virus tersebut, juga agent ini relative virulen terbukti angka kematian diakibatkan Covid 19 di Indonesia mencapai 7,55%4 dan Global (7,04%),1 kendati untuk sementara ini masih lebih rendah dari persentase kematian akibat MERS-Cov (34,4%), SARS (9,6%), dan Ebola (25% - 90%) saat wabah8.
Menurut Peneliti dari Cambridge University memetakan sejarah genetik virus itu dari Desember hingga Maret dan menemukan tiga varian yang berbeda, tetapi berkaitan erat, sebagaimana dilaporkan Daily Mail, Jumat, 10 April 2020. Analisis strain menunjukkan tipe A - virus asli yang melompat ke manusia dari kelelawar melalui trenggiling, namun bukan yang paling umum di Cina, krena Cina terutama dihantam oleh tipe B yang beredar hingga Malam Natal 2019.
Hasil penelitian justru menunjukkan tipe A adalah yang paling umum di Australia dan AS, Dua pertiga sampel Amerika adalah tipe A – namun dari pasien yang terinfeksi sebagian besar berasal dari Pantai Barat, dan bukan New York. Sementara itu menurut Dr Peter Forster dan timnya menemukan bahwa Inggris sebagian besar dibombardir dengan kasus tipe B, karena tiga perempat sampel pengujian menunjukkan strain itu. Swiss, Jerman, Prancis, Belgia dan Belanda juga didominasi oleh tipe B sementara tipe C, turunan dari tipe B menyebar ke Eropa. Dan Para ilmuwan meyakini virus - yang secara resmi disebut SARS-CoV-2 - terus bermutasi untuk mengatasi resistensi sistem kekebalan pada populasi yang berbeda, menyebabkan para ilmuwan harus bekerja keras menciptakan vaksin pencegahananya.
Peta sebaran 3 varian virus Corona (Twitter)
Sayang, sepertinya sampel dari Indonesia tidak menjadi bagian dari penelitian tim ini karena terbatasnya jumlah sampel yang dikumpukan. Jadi, belum terungkap dari negara mana virus corona di Indonesia berasal.9 Beberapa negara yang saat ini mencoba membuat vaksin corona adalah China, Amerika Serikat, Israel, Inggris, dan Indonesia. Vaksin corona di Indonesia disiapkan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, yang nantinya diproduksi melalui Institute of Tropical Disease (ITD)5
Penularan Corona
Kontak dengan Benda yang Sering Tersentuh, Benda merupakan media yang bisa menjadi cara penularan yang masif. Menurut penelitian, COVID-19 dapat bertahan hidup hingga lebih lama dengan menempel pada permukaan benda. Benda-benda tersebut disinyalir merupakan benda yang sering terjamah anggota tubuh seperti tangan yang membawa virus corona covid-19. Dengan menempelnya virus tersebut di permukaan benda yang sering terjamah, otomatis virus tersebut dapat berpindah dan menemukan inang baru apabila orang lain menyentuh benda tersebut.
Tidak Menjaga Kebersihan Tangan, efektif sebagai media penularan virus corona adalah tidak menjaga kebersihan tangan. Telah diketahui dan terbukti secara medis bahwa tangan merupakan sumber dari berbagai penyakit. dimana, tangan adalah anggota tubuh yang paling banyak melakukan aktivitas dan melakukan interaksi dengan orang lain atau benda-benda yang ada di sekitar. Dengan tangan yang tidak terjaga kebersihannya, maka virus corona ini dapat dengan mudah menyebar.
Tidak Menerapkan Etika Batuk dan Bersin, Cara yang banyak menjadi media penularan virus corona adalah melalui droplets saat batuk atau bersin. Droplets tersebut terjadi ketika seseorang meninggalkan cairan mengandung virus ketika bersin, batuk, ataupun berbicara, dipermukanaan benda, lantai, dsb. Cairan yang berisi virus, kuman, dan bakteri kemudian juga dapat menempel pada benda-benda yang terbawa oleh orang lain. Sehingga, virus corona covdi-19 tersebut mendapatkan inang baru pada orang lain.
Terjadi Interaksi dengan Banyak Orang, Berkumpul atau beraktivitas di tengah kerumunan menjadi salah satu cara penularan virus corona covid-19. Sebab, virus corona covid-19 dapat menempel secara kasat mata pada pakaian dan benda yang dibawa orang lain.Selain itu, risiko penularan virus corona covid-19 juga dapat terjadi melalui droplets orang lain ketika batuk dan bersin. Pada saat ini, dengan menerapkan jaga jarak dan kurangi kegiatan di luar rumah adalah tindakan bijak yang dapat dilakukan untuk mengurangi penularan virus corona covid-19.
Tidak Isolasi Diri Setelah Kembali dari Wilayah Pandemi, cara lain yang dapat menularkan virus corona adalah tidak melakukan pencegahan dengan tidak mengisolasi diri di rumah setelah kembali dari wilayah atau negara pandemi. Praktek tidak bijak ini disinyalir banyak terjadi di Indonesia mengingat banyaknya warga yang kembali ke kampung halaman namun tidak melakukan isolasi diri.
Kurangnya Pemahaman tentang Virus Corona, Kurangnya pemahaman tentang pengertian, bahaya, dan penyebaran dari virus corona covid-19 menjadi salah satu hal yang patut disayangkan. Sebab, apabila seseorang mengetahui dan memahami informasi tentang virus corona tersebut, maka setidaknya orang tersebut akan dapat melakukan tindakan antisipasi untuk menangkal virus.10
Virus Corona inaktifasi
Melansir Futurism, Rabu (18/3/2020) Thordarson menuliskan tentang efektivitas membersihkan tangan menggunakan sabun dengan air mengalir dan menggunakan cairan antiseptik atau hand sanitizer. Ia menuliskan bahwa sabun dapat melarutkan membran lemak virus hingga membunuhnya. Sedangkan menggunakan disinfektan, cairan dan tisu antiseptik, atau gel dan krim yang mengandung yang alkohol memiliki efek serupa tetapi tidak benar-benar sebaik sabun. Mengunakan cairan antiseptik atau antibakterial tidak banyak memengaruhi struktur tubuh virus.
Partikel nano memiliki interaksi kompleks dengan permukaan tempat virus berada. Virus disatukan oleh kombinasi ikatan hidrogen atau disebut interaksi hidrofilik (seperti lemak). Permukaan serat atau kayu misalnya dapat membentuk banyak ikatan hidrogen dengan virus. Sedang Cairan antiseptik atau antibakterial tidak bisa menghilangkan partikel nano. Hal tersebut berbeda dengan sabun yang mengandung zat seperti lemak atau amphiphiles. Beberapa secara strukturnya sangat mirip dengan lipid dalam membran virus. Ketika digunakan untuk mencuci tangan, molekul sabun bersaing dengan lipid dalam membran virus. Molekul sabun juga bersaing dengan banyak ikatan non-kovalen lainnya yang membantu protein, RNA, dan lipid akan saling menempel.
Virus Corona Aktifasi
Virus corona dikenal sangat tangguh dalam hal tempat dimana untuk bertahan hidup. Dan para peneliti mulai memahami tentang pengaruh sifat ini terhadap penyebaran virus corona baru. Beberapa studi virus corona menemukan bahwa virus dapat bertahan hidup pada logam, kaca, dan plastik selama ± 9 hari, kecuali “mereka didesinfeksi dengan benar”. Beberapa jenis virus mampu bertahan hingga 28 hari di suhu rendah. Selanjutnya, Neeltje van Doremalen seorang pakar virologi di US National Institutes of Health (NIH), dan rekan-rekannya di Rocky Mountain Laboratories Hamilton, Montana, adalah salah satu tim peneliti pertama yang melakukan tes tentang kemampuan SARS-CoV-2 bertahan hidup di berbagai permukaan. Hasil studi mereka telah diterbitkan dalam New England Journal of Medicine, juga menunjukkan bahwa virus corona dapat bertahan dalam droplet hingga tiga jam setelah terlepas ke udara.
Droplet halus berukuran 1-5 mikrometer atau sekitar 30 kali lebih kecil dari lebar rambut manusia - dapat tetap bertahan selama beberapa jam di udara yang tenang. Ini berarti bahwa virus yang bersirkulasi dalam sistem pendingin udara tanpa filter maka hanya akan bertahan paling lama selama dua jam, terutama karena tetesan aerosol cenderung akan mengendap di permukaan lebih cepat dalam udara yang berpolusi. Selanjtnya studi oleh NIH juga menemukan bahwa virus SARS-CoV-2 bertahan lebih lama hingga 24 jam di atas permukaan kardus, dan hingga 2-3 hari di permukaan plastik dan stainless steel. Dengan berdasar pada temuan tersebut, ilmuwan menduga virus akan dapat bertahan lama di gagang pintu, meja dapur yang dilaminasi atau dilapisi plastik, dan permukaan keras lainnya.11
Detektif Mencari keberadaan Virus Corona
Menilik dari berbagai data dan hasil penelitan, menunjukkan bahwa usaha menghentikan ketangguhan penyebaran SARS-Cov-2 adalah bukan pekerjaan yang mudah, karena sudah banyak upaya dilakukan. Dan, kunci utama jawaban dari upaya pencegahan Covid 19 adalah tersedianya vaksin corona. Namun kita tahu hingga saat ini vaksin tersebut masih dalam proses penelitian. Untuk itu mari berdoa agar dapat segera terwujud. Namun mengingat pertambahan jumlah orang sakit dan meninggal disebabkan covid 19 perharinya begitu tinggi angkanya, maka kita tidak boleh hanya pasif menunggu datangnya vaksin corona, melainkan harus berbuat aktif dan besikap lebih bijaksana mencegah penyebaran virus corona mengunakan strategi based on kumpulan informasi dan pengetahuan tentang virus corona yang kita pahami. Perkuat penyelidikan epidemiologi (PE) di lapangan, maka kita akan dapat mendeteksi keberdaan virus, untuk menghindar dan melakukan tindakan mengiaktivasi virus agar tidak menginfeksi orang atau ‘hospes-hosepes’ baru.
Mendapatkan informasi akurat sangat penting dari sebuah hasil penyelidikan untuk merumuskan dan melakukan tindakan lebih lanjut meminimalisir jumlah atau bahkan meniadakan kasus baru. Informasi tersebuat adalah “mengetahui mengapa dan bagimana dan orang-orang bisa tertular virus corona dan menjadi sakit?” apakah mereka sebelumnya kontak langsung, berdekatan atau berada satu tempat dengan penderita, atau telah menyentuh benda-benda, perkakas, atau peralatan yang ada bahan hubungannya dengan penderita sebelumnya ? dan “dalam konteks apa hal itu terjadi”?, apabila informasi tersebut bisa diungkap, maka dapat menjadi informasi kunci yang penting untuk menghindari penularan, dapat melakukan desinfeksi virus secara efektif dan efisien yang kemungkinan masih tertinggal saat ini, melakukan tindakan karantina/mengisolasi orang, barang, tempat, wilayah, melakukan tes cepat, mempersiapkan sarana rawatan dan pembelian APD, alat, , menyediakan biaya operasional yang diperlukan, dsb.
Untuk mendapatkan informasi tersebut, diperlukan tenaga-tenaga pewawancara/enumerator yang terlatih atau yang biasa melakukan penyelidikan, penyelidikan epidemiologi bukan dapat dilakukan oleh siapapun orang-orang yang bekerja di bidang kesehatan, karena mereka masing masing professional, yakni hanya faham pada tugas spesifik sesuai profesinya saja. Mereka yang melakukan penyelidikan harus dilengkapi dengan tools wawancara standar agar mudah diolah dan APD yang memadai karena enumerator di lapangan harus dilindungi. Disamping itu yang diwawancarai ODP, PDP, OTG, responden lainnya diberikan konseling untuk meluaskan informasi, termasuk diberikan “cendera mata”, atau benda atau pelayanan kesehatan yang bermanfaat untuk dirinya agar terjalin komunikasi dan memberikan informasi yang benar.
Daftar Pustaka
- https://tirto.id/update-corona-3-april-2020-jumlah-kasus-covid-19-lebih-dari-1-juta-eKCo
- Population of the 50 states and the District of Columbia.
- https://www.google.com/search?safe=strict&ei=CEWyXrylIdD79QOV2YPQDg&q=update+corona+indonesia+3+MEI+2020&oq=update+corona+indonesia+3+MEI+2020&gs_lcp=CgZwc3ktYWIQAzIFCAAQxAI6AggAOgYIABAIEB46BggAEAcQHlDKTljoZGC
- https://www.kemkes.go.id/article/view/20031300001/bukan-hanya-pasien-virus-corona-biaya-pengobatan-semua-pasien-pie-ditanggung-negara.html
- https://news.detik.com/berita/d-4945780/serba-serbi-bentuk-virus-corona-struktur-dan-vaksin-covid-19
- https://lifestyle.kompas.com/read/2020/04/01/140655320/pengembangan-vaksin-corona-sudah-sampai-mana?page=all.
- https://news.detik.com/berita/d-4928973/perbandingan-mematikan-virus-corona-mers-sars-dan-ebola
- https://inet.detik.com/science/d-4975143/virus-corona-sudah-beranak-jadi-3-varian
- https://www.bbc.com/indonesia/vert-fut-51956329