Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara menggelar Pelatihan Bagi Pelatih untuk Pelatihan Stimulasi, Deteksi, Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) dan Pemberian Makan Pada Balita dan Anak Prasekolah di UPTD Pelatihan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara di Jalan Petunia, Kota Medan, pada Senin (14/10/2024) hingga Rabu (23/10/2024).
Pelatihan itu dibuka Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinkes Provinsi Sumatera Utara, Cut Diana Mutia, SKM, M.Kes Mewakili Plt.Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, Drs. Basarin Yunus Tanjung, M.Si didampingi oleh Kasubag TU UPTD Pelatihan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.
Cut Diana Mutia menjelaskan, salah satu strategi RPJMN 2020-2024 adalah meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu dan anak. Indikator dalam RPJMN 2020-2024 yang terkait dengan kesehatan keluarga, adalah bahwa pertumbuhan dan perkembangan balita harus dipantau. Sementara pada Renstra Kemenkes 2020-2024 indikator terkait kesehatan keluarga dari 5 terdapat 1 indikator yang terkait dengan kesehatan balita yaitu jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan balita. Sejalan dengan standar pelayanan minimal setiap kabupaten/kota bahwa seluruh balita wajib mendapatkan pelayanan kesehatan.
Hasil SSGI (2023), menurut Cut Diana Mutia, menunjukkan prevalensi stunting nasional sebesar 21,5% dan Provinsi Sumatera Utara sebesar 18,9%. Prevalensi wasting nasional sebesar 7,7%, Provinsi Sumatera Utara sebesar 7,9%. Sementara prevalensi underweight nasional sebesar 17,1%, Provinsi Sumatera Utara sebesar 13,2%.
“Untuk mencapai target prioritas nasional dan Provinsi Sumatera Utara sebesar 14% pada tahun 2024 sangat diperlukan penguatan intervensi spesifik maupun sensitif secara sinergis dan berkesinambungan. Dari 9 indikator intervensi spesifik, 3 diantaranya terkait stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) serta pemberian makan, yaitu (1) indikator terkait balita yang dipantau tumbuh kembangnya; (2) anak 6-23 bulan mendapat makanan pendamping asi (MP ASI); dan (3) balita gizi kurang mendapat tambahan asupan gizi,” papar Cut Diana Mutia.
Cut Diana Mutia menambahkan, stimulasi tumbuh kembang yang tepat dan pemenuhan kebutuhan gizi. Melalui pemberian makan yang sesuai rekomendasi menjadi bagian penting intervensi spesifik dalam pencegahan stunting. Sekaligus menjamin tumbuh kembang optimal. Stimulasi yang tepat dan adekuat akan merangsang otak anak sehingga perkembangan dan kemampuan gerak, bicara, bahasa, sosialisasi, dan kemandirian serta perilaku dan emosi pada anak berlangsung optimal sesuai dengan umurnya.
Cut Diana Mutia menilai, deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang perlu dilakukan guna mengetahui adanya kemungkinan penyimpangan termasuk menindaklanjuti setiap tanda yang mungkin muncul sebagai masalah tumbuh kembang. Apabila ditemukan kemungkinan penyimpangan, maka dilakukan intervensi dini sebagai tindakan koreksi dengan memanfaatkan sifat plastisitas otak anak sehingga tumbuh kembangnya diharapkan akan kembali normal atau penyimpangannya tidak menjadi semakin berat. Apabila anak perlu dirujuk maka rujukan juga harus dilakukan sedini mungkin sesuai dengan indikasi.
Kegiatan pelayanan kesehatan dan gizi pada balita dan anak prasekolah terkait SDIDTK dan konseling pemberian makan perlu terus ditingkatkan baik dari segi kuantitas/cakupan maupun kualitas layanan. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dalam sdidtk dan pemberian makan termasuk konselingnya, jelas Cut Diana Mutia.
Keberadaan dan peranan tenaga kesehatan balita khususnya di tingkat layanan primer sangat besar terhadap peningkatan cakupan dan kualitas layanan. Namun belum semua tenaga kesehatan balita di tingkat layanan primer memiliki kemampuan, keterampilan dalam melakukan sdidtk dan pemberian makan pada kelompok sasaran, mengingat keadaan dan kesempatan dalam hal peningkatan kapasitas/pelatihan masih sangat terbatas. Terlebih untuk tenaga kesehatan balita yang mampu melatih kembali (training of trainer) di tingkat kabupaten/kota maupun provinsi belum banyak tersedia.
Cut Diana Mutia berharap, pelatihan ini dapat berlangsung dengan efektif dan efisien, untuk menyiapkan tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan dan keterampilan dalam memfasilitasi suatu pelatihan khususnya terkait pelatihan bagi pelatih untuk pelatihan stimulasi, deteksi, intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) dan pemberian makan pada balita dan anak prasekolah baik ditingkat kabupaten/kota maupun provinsi.
Pelatih untuk Pelatihan Stimulasi, Deteksi, Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) dan Pemberian Makan Pada Balita dan Anak Prasekolah diikuti 13 orang pengelola gizi dari 13 kab/kota SeSumatera Utara. Dengan fasilitator dari Dinkes Sumut.