Medan; Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara menggelar Workshop AMP-SR (Audit Maternal Perinatal Surveilans dan Respon) atau Pengkajian kasus kematian ibu dan bayi bagi penanggung jawab AMP-SR Dinas Kesehatan Kab/Kota, dokter spesialis kebidanan, dokter spesialis anak dan bidang mutu pelayanan RSUD dari 13 Kab/ Kota di Hotel Swiss Bel In, Jalan Gajah Mada, Medan, pada Selasa hingga Jumat (09-12/07/2024).
Saat membuka Workshop ini, Plt Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Utara, Drs. Basarin Yunus Tanjung, M.Si menjelaskan, salah satu hal yang menjadi permasalahan kesehatan di indonesia adalah masih tingginya angka kematian ibu (AKI), dan Angka Kematian Bayi (AKB).
Menurut Basarin Yunus Tanjung, AKI di indonesia tahun 2020 adalah 189 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB 16,85 Per 1.000 kelahiran hidup. AKI indonesia berada di peringkat kedua tertinggi dan AKB berada di peringkat ketiga tertinggi diantara negara ASEAN. Sedangkan di Sumatera Utara, kata Basarin Yunus Tanjung, yang tersedia adalah data jumlah kematian ibu dan bayi yang dilaporkan oleh Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) atau sumber lain. Sedangkan data AKI dan AKB hanya bisa didapat melalui survei.
“Data jumlah kematian ibu tahun 2023 yaitu 202 kasus dan jumlah kematian bayi 1.007 kasus. Tahun 2023 Provinsi Sumatera Utara berada di peringkat ke-7 tertinggi jumlah kematian ibu dan peringkat ke-3 tertinggi jumlah kematian bayi dari 38 provinsi di Indonesia,” ujar Basarin Yunus Tanjung
Menurutnya, Audit Maternal Perinatal (AMP) telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1994. Dalam pelaksanaannya masih mengalami banyak kendala terkait dengan ketersediaan tim pengkaji, kompetensi pengkaji, kualitas pengkajian serta anggaran AMP. Bahkan, pedoman AMP sudah mengalami beberapa kali revisi dan terakhir diintegrasikan dengan beberapa pedoman dan surveilans kematian ibu sehingga akhirnya menjadi AMP-SR.
“AMP-SR termasuk pada strategi penguatan tata kelola kesehatan. Melalui AMP-SR diharapkan terjadi pembelajaran dari kasus kematian yang sudah terjadi dan selanjutnya memperbaiki kualitas pelayanan. Sehingga diharapkan menurunkan kasus kematian di masa yang akan datang,” tambahnya. Permasalahan AMP-SR khususnya di Sumatera Utara, AMP-SR belum dianggap menjadi satu kebutuhan untuk dilaksanakan secara rutin. Padahal seharusnya ada rekomendasi yang dihasilkan dari setiap pertemuan pengkajian AMP-SR, rekomendasi itu juga harus ditindaklanjuti dengan kerja nyata sehingga akan terasa manfaatnya.
Basarin Yunus Tanjung berharap, khususnya kepada dokter spesialis kebidanan dan spesialis anak untuk tetap mendukung kegiatan AMP-SR di kabupaten/kota masing-masing. Sehingga akhirnya bisa mencapai target penurunan AKI dan AKB di Sumatera Utara.
Workshop AMP-SR (Audit Maternal Perinatal Surveilans dan Respon) menghadirkan narasumber Prof.Dr.dr.Sarma N Lumbanraja, M.Ked (OG), Sp.OG (K), dr.Iman Helmi Effendy, M.Ked (OG), Sp.OG (K), dari Persatuan Obgin dan Genekologi Indonesia (POGI) Sumatera Utara, dan dr.Juliana, Sp.A dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Sumatera Utara.
Dalam Workshop AMP-SR (Audit Maternal Perinatal Surveilans dan Respon) ini juga diharuskan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Rumah Sakit Umum Daerah untuk melakukan pencatatan pelaporan kasus kematian ibu dan bayi. Melalui aplikasi Maternal Perinatal Death Notification (MPDN). Sebagai sistem pencatatan pelaporan data kematian maternal dan perinatal di Indonesia secara digital oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (Seksi Kesga dan Gizi Dinkes Sumut)
WORKSHOP AMP-SR: Plt Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Utara, Drs. Basarin Yunus Tanjung, M.Si membuka Workshop AMP-SR (Audit Maternal Perinatal Surveilans dan Respon) didampingi Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, dan Kepala Seksi Kesga dan Gizi beserta narasumber dari POGI Sumatera Utara.(Foto: Tim Seksi Kesga dan Gizi Dinkes Sumut)