Medan, 22 Desember 2025 — Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara menggelar konferensi pers pada Senin (22/12/2025) di Aula Lantai 2 Kantor Dinas Kesehatan Sumut. Konferensi pers ini bertujuan untuk memaparkan situation report terkini bencana banjir, banjir bandang, dan tanah longsor yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera Utara, sekaligus menjelaskan langkah-langkah respon kesehatan yang telah dilakukan.
Kegiatan dipimpin oleh Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, Hamid Rijal, SKM., S.H., M.Kes, yang menyampaikan perkembangan situasi bencana hingga respons tanggap darurat sektor kesehatan.
17 Kabupaten/Kota Terdampak
Berdasarkan data hingga 20 Desember 2025 pukul 16.00 WIB, tercatat 17 dari 33 kabupaten/kota di Sumatera Utara terdampak bencana banjir, banjir bandang, dan tanah longsor.
Dari sisi fasilitas kesehatan, terdapat 2 Puskesmas Pembantu (Pustu), 1 Pos Kesehatan Desa (Poskesdes), dan 1 Polindes yang belum dapat beroperasi akibat terdampak bencana.
Jumlah populasi terdampak mencapai 402.776 KK atau 1.495.687 jiwa, dengan rincian korban sebagai berikut:
- Meninggal dunia: 366 orang
- Luka berat: 33 orang
- Luka ringan: 48.752 orang
- Hilang: 75 orang
- Pengungsi: 18.019 orang
Penyakit Berpotensi KLB Jadi Perhatian
Dalam pemaparan situation report kesehatan, Dinas Kesehatan Sumut mencatat bahwa penyakit kulit (10.102 kasus) dan Infeksi Saluran Pernapasan Akut/ISPA (8.758 kasus) menjadi dua penyakit terbanyak yang dilaporkan pada masa bencana.
Kondisi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko, seperti paparan air kotor, sanitasi lingkungan yang belum memadai, kepadatan hunian di lokasi pengungsian, serta keterbatasan fasilitas sanitasi.
Selain itu, juga tercatat:
- Diare: 1.703 kasus
- ILI (Influenza Like Illness): 971 kasus
- Suspek demam tifoid: 603 kasus
Data tersebut menunjukkan dominasi penyakit pernapasan dan penyakit berbasis air serta makanan yang umum terjadi pada kondisi pasca banjir.
Sementara itu, pelaporan suspek dengue masih relatif rendah, yakni 12 kasus, namun tetap menjadi perhatian mengingat potensi peningkatan tempat perindukan nyamuk setelah air surut.
Langkat, Deli Serdang, dan Tapteng Tertinggi
Hingga 19 Desember 2025, kabupaten dengan laporan kasus penyakit terbanyak adalah Kabupaten Langkat, Kabupaten Deli Serdang, dan Kabupaten Tapanuli Tengah. Hampir seluruh kabupaten/kota terdampak melaporkan kasus penyakit kulit, ISPA, dan diare.
Respon Kesehatan dan Dukungan Lintas Sektor
Dalam penanganan dampak bencana, Dinas Kesehatan Sumut telah menyalurkan bantuan logistik kesehatan ke kabupaten/kota terdampak, berupa obat-obatan serta kebutuhan bayi dan balita.
Fasilitas kesehatan yang terdampak paling parah adalah RS Tanjung Pura, sehingga sebagian besar pasien dialihkan ke RS Putri Bidadari dan RS Mahkota Bidadari.
Selain itu, Dinas Kesehatan Sumut juga mendirikan sejumlah posko kesehatan di wilayah terdampak, serta mengerahkan 1 unit bus kesehatan dan 1 unit ambulans untuk mendukung mobilitas pelayanan kesehatan.
Dalam pelaksanaan respon kesehatan, Dinas Kesehatan Sumut mendapatkan dukungan dari Kementerian Kesehatan, LSM, serta sejumlah perguruan tinggi yang mengirimkan relawan dokter dan tenaga kesehatan. Hingga saat ini, belum terdapat relawan tenaga kesehatan dari luar negeri.
Fokus Sanitasi dan Kebutuhan SDM
Tenaga Sanitasi Lingkungan Dinkes Sumut, Dedi A. Lubis, menyampaikan bahwa sebagian besar penyakit yang muncul berkaitan erat dengan kondisi sanitasi lingkungan pasca bencana. Untuk itu, Dinkes Sumut telah mendistribusikan salep kulit, masker, serta obat-obatan pendukung lainnya.
Dinas Kesehatan Sumut juga menilai masih terdapat kebutuhan tambahan SDM kesehatan, sehingga diperlukan koordinasi dengan kabupaten/kota yang tidak terdampak untuk turut memberikan dukungan.
Pembaruan Data Berkelanjutan
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara menegaskan bahwa data situation report akan terus diperbarui setiap hari pada pukul 18.00 WIB. Sementara itu, total kerugian sementara akibat bencana yang tercatat saat ini mencapai sekitar Rp259 miliar.
