Medan, 11 Juli 2025 — Sumatera Utara tengah menghadapi tantangan serius dalam pengendalian penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), terutama Campak. Berdasarkan data surveilans Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, sejak Januari hingga 10 Juli 2025 tercatat 1.191 kasus suspek campak, dengan 362 kasus positif campak dan 10 kasus positif rubella.
Sebanyak 12 kabupaten/kota melaporkan status Kejadian Luar Biasa (KLB), dengan sebaran kasus positif tertinggi di Medan (159 kasus), Deli Serdang (101), Tebing Tinggi (16), serta daerah lainnya seperti Tapanuli Selatan, Dairi, Padang Lawas, Samosir, dan Mandailing Natal. Mayoritas kasus menyerang anak usia 1–9 tahun, dengan 56% kasus tidak memiliki riwayat imunisasi MR.
Cakupan Imunisasi Anjlok, Risiko KLB Meledak
Turunnya cakupan imunisasi menjadi faktor pemicu utama. Hingga akhir Juni 2025, cakupan imunisasi dasar lengkap (IDL) untuk bayi usia 0–11 bulan hanya mencapai 21,57%, jauh di bawah target semester I sebesar 50%. Tren penurunan ini berlanjut dari tahun sebelumnya: IDL 2023 sebesar 81,07%, turun menjadi 75,14% di tahun 2024.
"Saat cakupan imunisasi menurun, perlindungan komunitas pun melemah. Itulah mengapa penyakit yang sebenarnya bisa dicegah kembali mewabah," ujar perwakilan Dinas Kesehatan Sumut.
Dinkes Sumut Bergerak Cepat: Surveilans Diperkuat, “Lemang” Diluncurkan
Dalam menghadapi KLB ini, Dinkes Sumut tidak tinggal diam. Tindakan cepat dilakukan mulai dari penyelidikan epidemiologi, pelacakan kontak erat, survei cepat komunitas, hingga koordinasi lintas sektor di sekolah, pemerintahan lokal, dan tokoh masyarakat. Selain itu, mikroplanning sedang disusun untuk pelaksanaan ORI (Outbreak Response Immunization) sebagai langkah tanggap darurat imunisasi massal.
Yang paling inovatif, Dinkes Sumut kembali meluncurkan program imunisasi “Lemang” (Lengkapi Imunisasi Seminggu) serentak di 33 kabupaten/kota mulai pertengahan Juli ini. Lemang terbukti efektif menaikkan cakupan imunisasi hingga 8% hanya dalam 7 hari saat pertama kali dijalankan tahun 2024.
"Ini kerja cerdas bersama. Dari provinsi, kabupaten/kota, hingga Puskesmas. Lemang bukan sekadar program, tapi penyelamat generasi," tambahnya.
Dukungan Semua Pihak Jadi Kunci
Dinas Kesehatan Sumatera Utara menjamin ketersediaan vaksin dan terus mendorong masyarakat untuk memanfaatkan Posyandu sebagai akses utama imunisasi. Masyarakat diimbau untuk tidak menunda imunisasi, karena setiap anak yang terlambat imunisasi berisiko tinggi menjadi mata rantai penyebaran penyakit.
Keberhasilan mengatasi KLB ini memerlukan dukungan penuh dari pemerintah daerah, tokoh masyarakat, tenaga kesehatan, lembaga pendidikan, dan media massa. Hanya dengan gotong royong seluruh elemen masyarakat, Sumatera Utara bisa keluar dari ancaman KLB dan kembali berada di jalur eliminasi campak dan rubella nasional.