Melihat "Sisi Baik" Pandemi Covid-19
Pandemi Covid-19 tak terasa hampir 8 bulan lamanya. Munculnya Coronavirus atau yang biasa kita sebut dengan Covid-19 membawa perubahan yang cukup besar hampir di seluruh dunia. Masih bisa diingat betapa hebohnya dunia tak terkecuali Indonesia di awal-awal kemunculan virus ini. Beberapa negara bahkan melakukan lockdown dan menutup seluruh akses untuk masuk ke negara tersebut agar kasus bisa segera ditekan dan dikendalikan. Indonesia sendiri diawal-awal kemunculan virus ini masih belum begitu "panik". Tetapi seiring dengan kasus yang terus bertambah dari hari ke hari membuat pemerintah harus bertindak cepat dan tepat agar dapat mengendalikan pandemi ini. Sampai saat ini, banyak kebijakan-kebijakan yang terus dilakukan untuk dapat mengendalikan dan segera memutus mata rantai penularan.
Faktanya, WHO sebagai lembaga kesehatan dunia terus melakukan riset untuk mengetahui langkah-langkah apa yang paling tepat untuk segera mengakhiri pandemi ini. Uji coba pembuatan vaksin terus dilakukan berbagai negara untuk segera dapat mengendalikan pandemi ini. Tapi nyatanya, sampai saat ini, belum ada negara yang berhasil membuat vaksin, semua masih tahap uji coba. Upaya pencegahan yang nyatanya sampai saat ini masih dianggap 'mujarab' untuk mencegah penularan Covid-19 adalah melalui 3 M yaitu memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan pakai sabun. Perilaku ini terbukti ampuh untuk menghindarkan dan meminimalisir penyebaran penyakit. Selain itu, menjaga kesehatan dengan makan makanan yang sehat dan bergizi seimbang, istirahat yang cukup, mengelola stres dan melakukan aktifitas fisik juga dianggap sebagai salah satu upaya pencegahan Covid-19.
Mungkin sebelum adanya pandemi Covid-19, banyak perilaku-perilaku tersebut diabaikan, dianggap tidak begitu penting. Misalnya saja perilaku mencuci tangan pakai sabun. Sebelum adanya pandemi Covid-19, perilaku mencuci tangan pakai sabun belum menjadi kebiasaan yang wajib dan dianggap penting bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Hal ini bisa dilihat dari masih rendahnya presentase masyarakat yang melakukan cuci tangan pakai sabun (data PHBS rumah tangga). Perilaku mencuci tangan pakai sabun merupakan salah satu indikatornya PHBS rumah tangga yang mana program ini sudah ada sejak tahun 2007 dan sampai saat ini capaiannya belum sesuai dengan target yang diharapkan. Setelah menjalani 8 bulan pandemi Covid-19, kebiasaan mencuci tangan pakai sabun bukan hal yang asing lagi bagi masyarakat. Sebagian besar sudah memiliki kesadaran dan kemauan untuk berperilaku tersebut. Adanya pandemi ini 'memaksa' masyarakat untuk mengadopsi perilaku tersebut sebagai langkah atau upaya pencegahan penularan Covid-19. Masyarakat yang biasanya masih enggan mencuci tangan pakai sabun jika hanya makan cemilan, saat ini sudah mulai sadar bahwa pentingnya mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir meskipun tidak hanya karena mau makan saja.
Begitu juga dengan aktivitas fisik masyarakat. Selama masa pandemi ini, jika kita lihat di akhir pekan, sudah banyak masyarakat yang melakukan olahraga, baik di lingkungan sekitar rumah atau mungkin secara khusus ke taman-taman kota untuk sekedar jalan santai, berlari atau bersepeda.
Keterangan gambar : Aktivitas fisik masyarakat di Lapangan Merdeka Medan
Kegiatan berolahraga baik dengan keluarga, teman maupun yang dilakukan perseorangan akhir-akhir ini cukup mudah kita temukan. Jika perilaku ini terus dilakukan bukan tidak mungkin perilaku tersebut menjadi suatu kebiasaan atau perilaku yang permanen dan dianggap menjadi sebuah kebutuhan di masyarakat. Hal ini akan berdampak baik dan meningkatkan capaian kesehatan masyarakat. Seperti yang kita ketahui, salah satu program kesehatan yang dicetuskan Presiden Joko Widodo yaitu Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) yang salah satu indikatornya adalah aktivitas fisik. Menurut WHO, aktivitas fisik bagi masyarakat setidaknya 150 menit/minggu. Akan lebih baik jika aktivitas fisik tersebut dilakukan secara rutin (tidak dalam sehari) misalnya 30 menit per hari.