Plt. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, Drs. Basarin Yunus Tanjung, M.Si. menyampaikan bahwa Provinsi Sumatera Utara berada pada peringkat ketiga di Indonesia untuk beban TBC tertinggi setelah Jawa Barat dan Jawa Timur dengan estimasi kasus tahun 2024 sebanyak 74.434 kasus.
Beliau juga menyatakan bahwa TBC masih menjadi masalah kesehatan masyarakat pada semua kelompok umur. Estimasi kasus TBC di Indonesia menempati posisi kedua tertinggi di dunia setelah India yaitu sebanyak 1.060.000 kasus dengan kematian sebanyak 134.000 kasus. Hal ini disampaikan pada Pelatihan Puskesmas Inisiasi TBC Resisten Obat (RO) Kota Tebing Tinggi, Kota Pematang Siantar dan Kabupaten Labuhan Batu Utara yang dilakukan pada tanggal 27 – 29 Mei 2024 yang lalu di Hotel Santika, Medan. Pak Basarin Tanjung juga menyampaikan bahwa pertemuan ini penting karena kedepannya akan dilakukan perluasan layanan TBC RO dimana untuk saat ini akan ada 30 puskesmas yang dapat melayani pasien TBC.
Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah; 1) mengurangi kasus pasien mangkir dan meningkatkan capaian pasien memulai pengobatan TBC RO di Puskesmas, 2) pembekalan kepada fasyankes TBC RO yang belum memulai layanan agar mampu melakukan tatalaksana pengobatan pasien TBC RO, 3) memberikan penyegaran kepada fasyankes yang sudah melakukan layanan TBC RO.
Kegiatan ini dihadiri oleh 82 peserta yang berasal dari 3 kabupaten/kota yaitu Kota Tebing Tinggi, Kota Pematang Siantar dan Kabupaten Labuhan Batu Utara (15 peserta dari perwakilan 3 RS layanan TBC RO, 60 peserta dari 15 Puskesmas Inisiasi Pengobatan TBC RO, 6 orang dari Dinas Kesehatan dan 2 orang Komunitas.
Adapun materi yang disampaikan selama kegiatan ini adalah Situasi TBC dan TBC RO di Provinsi Sumatera Utara termasuk peran Puskesmas sebagai Puskesmas Satelit dan Puskesmas Inisiasi TBC RO (Khairina Ulfa, SKM, M.Kes), kemudian dilanjutkan dengan materi Mekanisme Aur Inisiasi Pasien TBC RO di Puskesmas termasuk kriteria fasyankes inisiasi(Tiara Verdinawati, SKM – Timja TBC Kemenkes RI). Materi mengenai Pengobatan Pasien TBC RO termasuk Pemilihan Paduan Pengobatan, Inisiasi Pengobatan, Pemantauan Rutin dan hasil pengobatan disampaikan oleh dr. Parluhutan Siagian, Sp.P dari PDPI, materi mengenai Manajemen Efek Samping Obat secara Aktif untuk TBC RO paduan BPAL/M, Monoresistan INH, paduan jangka pendek 9 bulan disampaikan oleh dr. Zen Fadhil Ahmad dari TWG Nasional. Materi mengenai Autopsi Verbal pasien TBC RO disampaikan oleh Tim kerja TBC Kementerian Kesehatan Tiara Verdinawaty SKM dan materi mengenai Pengaturan Rujukan/Jejaring Pemeriksaan Biakan dan Uji Kepekaan serta Pengepakan Sampel Sputum disampaikan oleh dr. R. Lia Kusumawati, M.Biomed, SpMK(K), PhD dari PAMKI. Materi Manajemen Logistik TBC RO dan Tatacara Perhitungan Kebutuhan Obat disampaikan oleh Japirman Purba selaku Wasor TBC. Materi Dukungan Pengobatan Pasien TBC RO disampaikan oleh Sdri. Novi dari Komunitas Yayasan Mentari Meraki Asa (YMMA) dan Finance Administrasi Global Fund Dinkes Prov. Sumut Sdr. Gusni. Praktik penginputan terduga dan praktik logistik di SITB dan praktik logistik serta diskusi mengenai draft Perjanjian Kerjasama antara Dinas Kesehatan dan RS Pemeriksa Laboratorium Penunjang dibawakan oleh TO PMDT sdri. Sikap Berliana Sitepu. Sesi terakhir adalah rencana tindak lanjut yang disampaikan oleh Khairina Ulfa, SKM, M.Kes selaku Wasor TBC Dinkes Prov.Sumut.